expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 22 Maret 2018

SEOUL! - ν•˜

Di buat : January 2, 2018 πŸ’™

*****

Everyday, everynight
More what live be without you
λ‚˜λ₯Ό μœ„ν•΄ 무엇이든 λ‹€ ν•΄μ£ΌλŠ” λ‹ˆκ°€
(To you that always did everything for me)
λ‚΄κ°€ μžˆλŠ” 곳에 항상 그곳에 μžˆμ–΄μ£ΌλŠ” λ‹ˆκ°€
(You who always was there beside me)
λ‚œ λ„ˆλ¬΄ κ³ λ§ˆμ›Œ 정말 λ„ˆλ¬΄ κ³ λ§ˆμ›Œ
(I'm so thankful, so thankful)
λ§λ‘œλŠ” λ‹€ ν•  수 없을 만큼
(I can't put it into words)

λ„ˆμ™€ ν•¨κ»˜ μžˆλŠ” κ·Έ μ‹œκ°„μ΄
(How the time I spend with you)
내겐 μ–΄λ–€ μ‹œκ°„λ³΄λ‹€ κ°€μž₯ 행볡해
(Is that happiest time)
우리 ν•¨κ»˜ μžˆλŠ” 이 μ§€κΈˆμ΄
(The time that we are together)
내겐 λ„ˆλ¬΄λ‚˜ μ†Œμ€‘ν•΄ Baby I love U
(Means the most to me Baby I love U)

Sepenggal lagu dari salah satu boyband Korea sudah menggema di ruang kamar seorang gadis. Dan itu menandakan bahwa alarm sedang menyala. Tapi... Sang tersangka yang menyalakan alarmnya tidak kunjung bangun juga.

"Ckckck! Berisik banget sih, dek," ujar Alvian dari depan kamar adik keduanya itu. "Ya ampun, alarm udah bunyi, masih aja dia ngebo," lanjutnya ketika sudah berada di dalam kamar sang adik.

Langsung saja dia mematikan alarmnya. Dan menghadap ke arah kasur. Dimana di atas kasur itu masih ada sang tersangka tadi.

"Adik bangun. Udah siang. Kamu berangkat jam berapa sih?" tanya Alvian sambil mengoyang-goyangkan badan adik perempuannya itu.

Tapi tidak ada pergerakan sama sekali. "Ckckck! Dia tidur atau mati sih sebenarnya. Betah amat ya," gumam Alvian.

"Dek, bangun! Dalam hitungan ketiga enggak bangun, abang siram air es kamu," ancam Alvian.

"Satu... Dua... Tig..."

"Ish, berisik deh abang. Aku udah bangun dari tadi tau."

"Makanya kalo udah bangun ya bangun. Mandi. Siap-siap berangkat sekolah. Di marahin Bubu sama Yaya lagi tau rasa kamu."

"Abang cerewet."

"Heh enggak sadar diri dia. Kamu sama abang lebih cerewatan kamu ya."

"Abang cerewet," ledeknya.

"Bodolah. Debat sama kamu mah yang ada makan ati doang, dek. Cepetan mandi. Udah siang. Telat ke sekolah, tau rasa kamu."

"Iya abang ku sayang. Udah sana keluar," usir tersangka itu yang bernama Cia.

Sang tersangka yang memasang alarm dengan nada dering lagu Korea tadi adalah Cia.

Ia memang susah untuk bangun pagi. Entahlah sifat susah bangun paginya itu keturunan dari sang Ayah atau Bundanya. Padahal kedua orang tuanya tidak ada yang memiliki sifat itu.

"Heh, bangun. Mandi. Malah tidur lagi," ujar Alvian kembali ketika melihat Cia kembali membaringkan tubuhnya lagi.

"Cerewet," cibir Cia.

Dengan amat terpaksa. Catat! AMAT TERPAKSA! Cia turun dari singgah sananya, yang tak lain dan tak bukan adalah kasur tercintanya untuk pergi mandi. Sebelum dirinya di siram beneran dengan air es oleh sang kakak.

******

"Pagi epribadi," sapa Cia dari tangga yang menghubungkan lantai satu dan dua di rumah itu.

"Dek, bisa enggak kagak usah teriak-teriak? Ini rumah bukan hutan tau," protes May.

"Tau nih. Di kira kita budeg apa ya. Di kira jarak dari tangga itu sama ruang makan jauhnya kek Bandung-Jakarta kali ya makanya kamu pake teriak-teriak segala," imbuh Alvian.

"Ya maafkan saya atuh kang, teteh geulis," jawab Cia. "Pagi my hulk dan my monster. Muach 😘" sapa Cia kepada kedua orang tuanya.

Hulk? Monster? Dasar anak kurang ajar dia.

Tapi memang benar adanya. Cia memberi julukan untuk kedua orang tuanya. Yaitu hulk untuk sang Yaya (Ayah) dan monster untuk sang Bubu (Bunda).

Sedangkan untuk Alvin, Cia memberi julukan the beast. Kalian tau the beast yang di kartun beauty and the beast kan? 😌 Untuk May julukannya adalah salah satu tokoh kartun amerika, yaitu Thor.

Keren bukan?

"Heh, sama orang tua kaya gitu ya kamu," ujar sang Bunda. Dan di balas dengan cengiran Cia.

"Kaya enggak tau kelakuan anak kamu itu aja, Bun," ucap sang Ayah.

"Dia juga anak kamu, Ayah," balas sang Bunda.

Dan terjadilah pertengkaran antara kedua orang tua itu. Bukan pertengkaran sebagai mana aslinya. Hanya semacam ribut-ribut biasa antar orang tua.

Ketiga manusias lainnya. Alvian, May, dan Cia sudah biasa melihat kelakuan orang tuanya yang seperti itu. Dan mereka hanya mendengarkan saja. Tidak mencoba memisahkan atau memberhentikannya. Karena jika sudah capek juga sang Ayah dan Bunda akan berhenti dengan sendirinya.

"Berangkat... Berangkat.... Berangkat," komando Alvian kepada kedua adiknya dengan setengah berbisik agar tidak di dengar oleh sang Ayah dan Bunda mungkin.

Setelahnya mereka, Alvian, May dan Cia, berjalan mengendap-endap layaknya sekelompok maling yang akan mencuri di suatu rumah mewah.

"Heh, itu kalian mau kemana hah? Main pergi aja. Di sini masih ada raja sama ratu ya. Enggak sopan kalian," ujar sang Ayah menghentikan langkah mengendap-endap ketiga anaknya.

Seakan tau kondisi, Cia yang awalnya berjalan jongkok merubah posisinya menjadi bersimpuh dan menyatukan kedua tangannya seraya mengucapkan maaf.

Sedang Alvian dan May yang melihat tingkah laku sang adik dan Ayahnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan sang Bunda sudah tertawa kecil sejak tadi.

Dan drama dadakan antara anak dan Ayah tersebut masih berlanjut kurang lebih 10 menit kemudian.

"Udah ah, Ya. Kalo kaya gini terus, kapan Cia berangkat sekolahnya atuh."

"Makanya kalo Yaya udah kumat, jangan kamu ladenin. Udah sana berangkat, di tinggal abang sama kakak tau rasa," suruh sang Bunda.

Cia yang memang sedari tadi tidak melihat kondisi sekitar langsung mengalihkan pandangannya untuk mencari sang kakak. Ketika dirinya mengetahui kedua kakaknya itu tidak ada di ruang makan, Ia langsung berlari menuju teras rumah.

Selang beberapa menit kemudian, terdengar suara teriakan Cia yang mengatakan, "Tuhkan Yaya sih!! Yaya tanggung jawab! Adik di tinggal abang sama kakak."

"Yah, udah sana berangkat. Tuh anaknya udah teriak-teriak enggak jelas di depan," suruh Adinda, Bunda ketiga brsaudara itu.

"Iya... Iya... Ayah berangkat dulu, Bun. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati, Yah," jawab Adinda.

Setelah Adinda mengecup punggung tangan kanan Herminto, nama Ayah tiga bersaudara itu, Herminto langsung melangkahkan kakinya menuju teras rumahnya.

"Lama banget sih, Ya. Kalo aku telat gimana coba?" serbu Cia ketika Ia mellihat sang Ayah sudah keluar.

"Siapa suruh bangun telat. Makanya besok-besok kalo malam jangan begadang. Jangan maraton nonton drama Korea atau variety atau reality show Korea mulu, dek. Kamu mah ngurusinnya Korea mulu sih," ujar sang Ayah dengan panjang kali lebarnya.

Cia yang lagi-lagi mendapat kalimat seperti itu dari sang Ayah hanya memasang watadosnya saja. Kalian tau watados? Watados = wajah tanpa dosa.

Kalian tau watados ala Cia seperti apa? Cia memasang wajah sok imut nya, jaman now sih bilangnya baby face.

"Iya, Ayah," gumam Cia yang masih mampu di dengar oleh sang Ayah.

Tanpa buang waktu dan sebelum tuan putri di sampingnya mengamuk, Herminto menyuruh Mang Ijap, sang supir, untuk menjalankan mobilnya menuju sekolah Cia.

*****

TBC! πŸ’ž

NB : Welcome back to me πŸ˜šπŸ˜‚ Cerita baru, eaa, eaa, eaa, eaa πŸ˜‚ Tepat 1 tahun kurang 1 hari kagak pernah ngeposting apa-apa lagi disini, eaa, eaa, eaa, eaa πŸ˜‚πŸ˜‚

My social media :

IG : eqiputri_

Twitter : @eqii_putrii

Wattpad : eqiputri_

Fb/Path : Eqi Triana Putri

Blog : www.eqiputri.blogspot.com

Di upload : February 2, 2018 πŸ’™

Di upload (blog) : March 23, 2018 πŸ’™

LIBRA! 😍

SEOUL! - PROLOG

Di buat : January 2, 2018 πŸ’™

*****

Hai! πŸ‘

Perkenalkan namaku, Felicia Anastasya Herminto. Panggil saja aku, Cia πŸ˜‰

Aku adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Aku punya satu kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. 

Nama kakak adalah bang Alvian. Alvian Putra Herminto. Dia sedang menempuh kuliah di salah satu universitas di Bandung.

Sedangkan kakak perempuan ku namanya adalah Maylinea Putri Herminto. Kalian bisa panggil dia May. Kak May sekarang sedang berada di kelas 12. Sama seperti ku.

Aku dan bang Alvian berbeda 5 tahun. Sedang aku dan kak May berbeda 2 tahun.

Dan jika kalian bertanya aku sekarang kelas berapa, jawabannya adalah... Aku kelas 12 seperti kak May.

Kenapa kami bisa berada di kelas 12, padahal umurku dan kak May berbeda 2 tahun. Itu karena orang tua kami memasukkan ku ke sekolah bersamaan dengan kak May.

Dan itu artinya, aku terlalu cepat masuk sekolah dahulu dari pada anak seusia ku, hehe.

Kalian mau tau biodata ku tidak? 😌 Aku kasih tau ya πŸ˜† Ini dia biodata ku...

Nama lengkap : Felicia Anastasya Herminto
Nama panggilan : Cia atau Nata
TTL : Melbourne, 02 Mei
Hobby :
• Membaca + mengumpulkan novel
• Mendengarkan musik
• Ngefangirlin badminton
• Ngefangirlin korea
• Dan... Ngefangirlin korea dan badminton lagi πŸ˜†
Warna favorit : Apa ajalah ya, yang penting tidak ada warna pink 😌

Ya seperti itulah kira-kirain biodata ku, hehe.

Dan... Inilah cerita tentang ku dan semua orang yang ada di sekeliling seorang Felicia Anastasya Herminto πŸ˜„

*****

TBC! πŸ’ž


Di upload (wattpad) : January 31, 2018 πŸ’™

Di upload (blog) : March 23, 2018 πŸ’™

My social media :

IG : eqiputri_

Twitter : @eqii_putrii

Wattpad : eqiputri_

Fb/Path : Eqi Triana Putri

Blog : www.eqiputri.blogspot.com

LIBRA! 😍

Jumat, 24 Maret 2017

[Sinopsis] Dream, I Love U...

          Aku berjalan menuju seseorang yang amat sangat aku benci awalnya, tapi sekarang malah aku sangat menyukai dirinya. Haha... Mungkin ini karma untukku. “Oppa~”
          Ku panggil dirinya yang sedang berbincang dengan teman satu groupnya. “Ah, kau. Sejak kapan kau disini?”
          “Sudah sedari tadi. Maaf aku terlambat menonton konsermu” jawabku dengan sedih. Bagaimana aku tidak sedih, hari ini adalah konsernya dan aku baru datang 1,5 jam sebelum konser berakhir. Jujur aku takut dia akan marah padaku. “Hey sudahlah aku tidak akan marah.” Aish dia masih sempat-sempatnya tersenyum manis padaku. Tapi tunggu...
          “Oppa, kau memakai behel?”
          Dia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. “Aniyo,” jawabnya dengan masih menutupi mulutnya tersebut. “Ah, jinjja?”
Aku tersenyum evil untuknya. Tanganku terulur menyentuh kedua tangannya yang menutupi mulut sexynya itu. Setelah itu aku memegang kedua pipinya dan memaksa dirinya untuk membuka mulutnya. Aish, dia tetap tidak mau membuka mulutnya. Dan seketika...
          “Ah, Oppa!!!”
          Reflek Ku palingkan wajahku ke arah belakang dan betapa terkejutnya diriku, disana, di belakang Ku sudah ada banyak fansnya yang memasang tampang sangat sanggar dan siap kapan saja akan membunuh diriku.
          “TIDAKKKKK~”
*****
          “Bangun sekarang juga!”
          Byurrrrr~ Basah. Aku langsung bangun setelah merasa ada seseorang yang menyiram diriku. Ketika sudah membuka mata, aku langsung mengedarkan pandanganku sekeliling ruangan ini. Ah, aku ada di kamarku ternyata.
          “Bangun. Mandi. Sekarang sudah pukul 7.00 pagi. Kau akan berangkat ke sekolah jam berapa hah?”
          “Nae, omma”
          Aish, ternyata cuma mimpi? Syukurlah. Tapi, sepertinya aku sangat menyukai mimpiku kali ini.
*****
Hai... Saya kembali. Sudah berapa lama ya tidak update? Sebulan? Dua bulan? 3 bulan? Atau setahun? Haha, maafkan saya yang jarang update cerita. Dan sekarang saya membawa cerita baru yang berjudul, “Dream... I Love U~”
          Semoga kalian suka ya
J Sebagai bocorannya ini masih berhubungan dengan Korea, idol group Korea, dan juga karma sepertinya, haha. Oh ya, pemeran utama laki-lakinya adalah... *jeng... jeng... jeng...* Salah satu member boygroup Korea yang terdiri dari 7 namja ganteng, manis, pintar, multitalent, dan tingkahnya rada kurang waras sih tapi, hehe. siapakah dia??
          Ber-chapter-chapterkah? Atau oneshoot? Rahasia :p Sayapun tak tahu, haha. Oh ya, untuk cerita lainnya pasti masih dilanjut kok. Tapi bertahap ya. Nantikan “Dream... I Love U~” ya
J
*****
Contact me by:
Twitter  : @eqii_putrii
Blog       :
www.eqiputri.blogspot.com
FB/Path : Eqi Triana Putri
IG          : eqiputri_94
Ask.fm   :
www.ask.fm/dheqii31

Libra~

Black Mask~

          Hari ini males banget buat berangkat sekolah. Kenapa juga Mom dan Dad tidak mengizinkanku untuk dirumah saja. Kan hari ini masih bebas juga, karena sekolahku sedang ada acara. Aku tau sih kalo aku sudah enggak masuk sejak 2 hari yang lalu dan Mom mengeluarkan senjata ampuh, yaitu, “Kalo kamu besok enggak berangkat, laptop, handphone kamu bakalan Mom sita selama 1 minggu!” Aish, Mom tau banget kalo aku enggak bisa pisah dari laptop dan handphone. Kalo Mom udah mengeluarkan ultimatun seperti itu, dengan terpaksa aku harus berangkat. Dan terbukti sekarang aku sudah ada dikelas. Ku tidurkan kepalaku dimeja kelas karena bete harus berangkat sekolah. Tiba-tiba saja ada yang memanggilku.
          “Claudia!”
Ku angkat kepalaku dan mencari asal suara itu. Oh Dinda yang memanggilku ternyata. Dia sahabatku sejak kelas 1 SMA dan sekarang kami sekelas kembali. Ku lihat dia berjalan ke arah bersama Leona dan juga Dara.
“Ada apa dengan wajahmu? Ini masih pagi loh, Clau. Udah mendung aja tuh muka,” ujar Leona.
“Gimana enggak mendung, semalamkan dia habis dikasih ultimatun sama tante Amanda,” jawab Dara. Oh ya, Dara itu adalah sepupuku dan dia tinggal bersama keluargaku sekarang. Karena kedua orangtuanya yang sedang ada tugas kerja di Singapur.
“Diem deh ya kalian. Gue lagi enggak mood buat adu mulut sekarang” jawabku dengan malas. Dan menidurkan kembali kepalaku ke meja. Tapi, sebelum kepalaku menyentuh meja untuk kedua kalinya, ada yang memegak kedua pipiku dan menegakkan kembali kepalaku.
“Eits, sebelum lu tidur lagi. Mending ikut gue ke perpustakaan yuk. Gue mau wifi-an nih, hehe.”
Oh orang yang tadi mencoba menegakkan kepalaku ternyata si Dinda. Dari kami berempat, memang si Dinda yang paling gencar untuk ke perpustakan hanya untuk memakai wifi perpus. Dasar enggak modal dia.
“Males ah, Din,” kujawab dengan suara yang sengaja dilemas-lemaskan.
“Gak ada tapi-tapian. Udah ayo bangun.”
Dengan terpaksa ku angkat badanku dan berjalan bersama ketiga temanku itu menuju perpustakaan sekolah yang berada di lantai 1.
Ketiga temanku dengan asyiknya bermain handphone masing-masing untuk apa. “Gue bosen nih. Balik ke kelas yuk ah. Udah pada pulang tuh” ajakku dan hanya ditanggapin oleh mereka dengan jawaban, “Bentar, Clau. Nanggung nih.”
Menyebalkan sekali mereka dan akhirnya aku mengalah dulu. Sekitar 10 menit aku menunggu mereka, akhirnya kami berempat kembali ke kelas. Tapi ditengah jalan menuju kelas, aku melihat seseorang.
Tunggu, itu siapa ya? Dia manis. Ku yakin itu. Walau hanya terlihat mata dan hidung yang sedikit mancung karena tertutup oleh masker hitam yang dia kenakan dan juga topi hitam dikepalanya. Oh my god, dia memakai hoodie “Monsta X”, dia pasti k-pop. Dan pasti dia anak dance. Terlihat jelas dari gaya berpakaiannya saat ini.
“Clau? Woy, Claudia!”
Astaga, ku lihat Dara memanggilku dengan sedikit, ah bukan, berteriak malah ke arahku. Dan aku baru menyadari bahwa aku sedari tadi melamun karena melihat laki-laki itu. Kalian tau, bukan hanya ketiga temanku yang berbalik melihat ke arahku, si anak laki-laki itupun melirik ke arahku. Dengan malunya ku langkahkan laju kakiku dengan cepat ke arah kelasku tanpa memperdulikan ketiga temanku lagi.
“Black mask”, ku suka kau walaupun ku belum melihat siapa kau sebenarnya, hihi. Black mask? Sementar waktu aku menamakan dia “Black mask”, karena dia mengenakan masker hitam untuk menutupi sebagian wajahnya.
“Eh, woy ngapain senyum-senyum gitu? Kesambet loh ntar,” ujar Leona.
“Apasih. Gue enggak kenapa-kenapa lagi. Masih sehat 100%,” jawabku dengan ditambahkan cengiran khas dariku.
Si “Black mask”, kembali menguasai pikiranku. Aish, siapa dia sebenarnya? Anak barukah atau siapa? Mengapa aku baru melihat dia ya. Entah kenapa jika ku memikirkan wajah “Black mask”, aku tiba-tiba saja tersenyum. Aneh. Ya aku sepertinya aneh karena si “Black mask”, haha.
“Yeah, nih anak malah ngelamun lagi. Mana ditambah senyum-senyum enggak jelas lagi” ujar Leona. “Apasih. Udah ah, balik yuk” ajakku.
Akhirnya kami berempat pergi keluar kelas untuk pulang ke rumah. Kami berempat terbiasa pulang menggunakan angkot. Ketika kami melewati pedagang es didepan sekolah, Dinda meminta untuk mampir untuk membeli dahulu. Ketika sudah selesai membeli es, kami berempat menyebrang untuk memotong jalan. Tapi ketika kami baru menyebrang terdengar lagu,
“Oh dream high... “
Dan seketika, “Eh tunggu. Gue mau liat itu” ucapku dan Dinda yang berbarengan, tapi tidak disengaja, sambil menunjuk ke arah aula sekolah yang sedang ada lomba antar kelas. Aku dan Dinda memutuskan untuk kembali ke sekolah dan menuju aula, sedangkan Dara dan Leona pulang. Aku dan Dinda memang tidak bisa diam jika mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan Korea, maklum kami berdua adalah kpopers stadium akhir, haha.
Wow didalam aula sangat ramai. Ada bapak dan ibu guru juga ternyata. Ku edarkan pandanganku ke seluruh ruangan, disisi kanan dan kiri terdapat kerajian yang dibuat oleh siswa-siswi SMA ku. Tapi pandanganku berhenti di satu sudut ruangan. Itu si “Black mask.” Apakah dia akan perfom?
“Eh Clau, duduk disana yuk. Capek nih” Dinda mengajakku untuk duduk di barisan tengah siswa-siswi yang ada didepanku. Didepan ku sedang ada penampilan dari kakak kelas.
“Hi, Clau, Din.”
Hana, teman dan Dinda, duduk disebelahku.
“Oh hi, Han,” sapaku.
Seluruh mata memandang ke arah depan dan menikmati setiap penampilan dari siswa-siswi sekolah ku. Aku juga sangat menikmati dan bertepuk tangan jika ada yang sudah selesai perfom didepan sana. Tapi beberapa kali pandanganku tidak bisa lepas dari si “Black mask.”
Ku lihat, dia sedang berbincang-bincang dengan temannya. Ketika ku alihkan kembali pendanganku ke arah “Black mask”, ku lihat dia membuka beberapa kali masker hitam yang dipakai.
Oh my god... Oh my god... Dia manis sekali, walaupun dia tidak sedang tersenyum, tapi menurutku ekspresi datar atau ekspresi biasa saja yang dia tunjukkan ketika sedang berbicara dengan temannya itu sangat manis. Apakah aku mencintai si “Black mask”? Mungkin jawabannya, yes. Cinta pada pandangan pertama? Yes. Why not yeah.
“Manis” gumamku.
“Hah? Siapa yang manis, Clau?” tanya Hana. Oh ternyata dia mendengar gumamanku tadi. “Ah bukan siapa-siapa kok Han.”
Dia hanya membalas dengan senyuman. Hufft... Untung saja dia tidak bertanya lebih lanjut. Ku lihat ke sebelah kiriku, Dinda sedang asyik mengobrol dengan Sara.
“Kapan kelas gue tampil sih? Lama banget” gerut Hana, yang sepertinya sudah tidak sabar menunggu perfom dari perwakilan kelasnya.
“Siapa yang tampil, Han?” tanyaku. Karena aku penasaran juga dengan apa yang akan ditampilkan oleh kelasnya Hana.
“Daffa. Dia bakalan tampil ngedance katanya” jawab Hana dengan singkat. Daffa? Dia seperti apa ya? Aku sepertinya pernah mendengar namanya, tapi lupa seperti apa wajahnya.
“Daffa? Yang mana anaknya, Han?” tanyaku kembali. Aku melihat ke arah seseorang yang Hana tunjuk. Hah? Itu Daffa? Si “Black mask”? Jadi dia, Daffa, teman sekelasnya Hana?
“Itu tuh yang pake topi hitam, masker hitam, dan yang lagi gendong tas hitam.”
Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Ya, perkataan Hana yang aku tangkap oleh indar pendengaranku memang masuk telingan kanan, keluar telinga kiri. Fokusku sekarang masih tertuju ke arah si “Black mask”, atau yang baru ku ketahui namanya adalah Daffa.
“Dia bakalan tampil ngedance bareng dua temennya. Kasihan deh gue sama Daffa” ucap Hana.
“Why?” tanyaku penasaran.
“Itu loh udah sebulan ini dia ngelatih dua temennya buat tampil hari ini. Diakan basicnya emang udah dance, nah kedua temennya itu enggak selancar Daffa kalo ngedance. Jadi dia ngelatih dua temennya terus deh. Kata gue sih ya, kalo dua anak itu enggak sanggup tampil, mending Daffa aja yang tampil” jelas Hana.
“Gue lebih ikhlas, Daffa perfomnya solo dance deh”  ucapku dalam hati.
Ku lihat Daffa, tidak bisa diam, dia kesana kemari untuk latihan. Ketika dia melepaskan topinya saat akan perfom, aku keceplosan berkata, “Kamu lebih manis pakai topi, sayang.” Dinda mendengar perkataaku tadi.
“Apa Clau? Siapa yang manis?” tanyanya.
“Ah, enggak kok, Din. Enggak papa.”
Daffa maju ke tempatnya untuk perfom. Dia bersiap-siap dan lagu dari salah satu boyband Korea diputar.
“Oh my god, gue ngeliat dia kaya Mark versi Indonesia, haha” kataku dan ditanggapi oleh Dinda, “Anjir, kece bangetlah dia.”
Aku berkata dalam hati, “Yaiyalah dia kece. Basic dia dance. Gebetan gue tuh.”
Lagu kedua diputar, masih dengan lagu salah satu boyband Korea.
“Rhythm Ta, anjir. Eh, dia bagi gue kaya B.I, haha” komentarku lagi ketika Daffa membawa dance dengan lagu tersebut dan kedua temannya masuk dan bergabung untuk perfom. Setelah lagu kedua selesai dan kedua temannya keluar dari tempat perfom, ku lihat dia melepas hoodienya. Oh ternyata masih lanjut dengan lagu ketiga. Ah, dia cute.
Setelah dia dan kedua temannya selesai tampil, aku berbicara, “Wow, tiga lagu Korea yang dia bawain, lagu dari boyband favorit semua. Dari tadi NCT-127, terus iKON, dan terakhir NCT Dream.” Kami semua menikmati perfom dari si “Black mask” itu.
Ketika aku, Hana, Dinda, dan Sara keluar dari ruang aula untuk pulang. Ku lihat dari arah samping aula, Daffa sedang berjalan dengan temannya. Seketika aku dan teman-temanku pura-pura terbatuk.
“Uhukkk... Uhukkk... Gue keselek anjir, haha” ucap Sara. Akupun mengikuti Sara, “Uhukkk... Uhukkk... Eaaa gue keselek, haha.”
Kami berempat hanya tertawa. Ku lihat Daffa sempat melirik ke arahku dan teman-temanku. Dia melirikku? Oh my god... Sejak saat itu aku jadi sering memperhatikan Daffa dari depan kelasku, karena kebetulan sekali kelasku dan kelasnya berada dilantai yang sama. Semakin hari aku menyukainya. Aku sempat beberapa kali berpapasan dengannya dan ketika itu kami saling membalas senyum.
*****
Selain sekolah, kegiatan lain yang ku ikutin diluar sekolah adalah dance. Aku memang suka sekali dengan dance, karena kakakku adalah seorang guru dance. Seminggu aku biasanya latihan 3 kali, hari Jumat-Minggu. Hari ini adalah Sabtu, artinya aku ada kelas dance nanti jam 3.00 sore.
Sekarang jam di kamarku menunjukkan pukul 2.00 siang, sebaiknya aku menyiapkan apa yang akan aku bawa ke tempat latihan. Hanya butuh waktu 30 menit bagiku untuk menyiapkan semuanya serta aku menganti bajuku. Aku turun ke bawah dan mencari Mom untuk berpamitan, tapi nihil. Yang ku lihat hanya bi Asri, ku dekatin bi Asri yang sedang mencuci piring di dapur.
“Bi, nanti bilangin Mom ya, aku berangkat dulu?” ucapku. Sepertinya bi Asri sedikit terkejut, karena ku lihat piring yang dipegang olehnya hampir jatuh.
“Kemana non?” tanyanya.
“Latihan dance, bi. Aku pergi dulu ya” pamitku pada bi Asri.
“Baik non. Hati-hati” jawabnya. “Siap, bi.”
Hari ini seperinya membutuhkan waktu 1 jam bagiku untuk sampai ke tempat latihan. Karena jalanan yang ku lalui, entah kenapa hari ini sedang padat-padatnya.
Ketika aku sudah sampai di tempat latihan, di parkiran depan aku seperti melihat seseorang yang ku kenal sedang memarkirkan sepeda motornya. Siapa dia? Ah, bodo amatlah.
Akhirnya aku berjalan memasuki gedung itu dan menuju lantai 3, tempat biasa yang aku dan beberapa teman danceku gunakan untuk latihan bersama kak Alena atau kak Alex. Just information, tempat danceku ini adalah yang dibangun kakakku bersama beberapa temannya loh. Keren kan?
5 menit setelah aku masuk, terdengar pintu ruangan terbuka. Semua mata memandang ke arah pintu. Seketika aku shock. Yang masuk tadi memang ka Alex, tapi yang membuat aku shock, aku melihat seseorang yang berada di belakang ka Alex. Dia kok disini? Setelah aku sedikit rileks. Aku dan semua murid yang ada diruangan ini, termasuk dia, mengikuti gerakan yang di berikan oleh ka Alex. Setelah sekitar 45 menit latihan, kami semua istirahat.
Ketika aku sedang mengipas-mengipaskan wajahku karena gerah dan keringat yang terus bercucur di pelipisku, ada sebuah botol air mineral dingin di depan wajahku. Ku lihat siapa yang memberikannya.
“Daffa?” ucapku, mungkin lebih terdengar seperti gumaman.
“Hi, Clau. Nih buat lu,” tawarnya.
Ku ambil botol air mineral itu. Dia duduk di depanku dengan kaki yang diselonjorkan ke depan dan meminum air yang dia pegang dengan tangan kirinya tadi.
“Makasih, Daf.” Sangat susah rasanya hanya untuk mengatakan kalimat sesingkat itu.
“Sejak kapan latihan disini, Clau?” tanyanya.
“Sejak SMP,” jawabku singkat.
“SMP? Kok gue baru lihat lu hari ini ya?” tanyanya lagi.
Oh my god, dia memasang ekspresi sedikit keheranan dan itu bagiku cute. “Gue baru masuk kelasnya ka Alex beberapa hari ini. Sebelumnya gue diajarin sama kakak gue, ka Beni, di lantai 2. Cuma berhubung gue udah bosen sama dia, gue minta pindah kelas. Ya udah, jadilah gue dimasukin ke kelasnya ka Alex. But the way, gue juga baru liat lu hari ini, Daf.”
“Oh gitu toh. Iya nih, gue baru masuk lagi. Soalnya kemarin gue sibuk ngelatih temen buat tampil diacara sekolah kemarin,” ujarnya dengan senyuman. Oh please, kamu kaya gitu bikin aku sesak nafas, Daf.
“Perfom lu kemarin keren Daf,” tuturku setelah beberapa saat terjadi kediaman di antara kami.
“Ah, biasa ajalah, Clau. Skill dance lu jauh lebih oke. Serius deh,” jawabnya.
“Tau dari mana lu?” tanyaku penasaran.
“Tau dari ka Alex. Beberapa kali kami semua di tampilin video dari kakak pelatih dan murid-murid yang udah sukses jadi dancer. Dan gue ngeliat lu di video itu.” Ucapan Daffa tadi seolah menyihir seluruh perhatianku selama beberapa saat.
“Bisa aja lu. Gue juga masih belajar kok sampai sekarang, hehe.”
Setelah waktu istirahat selesai. Ka Alex menyuruhku maju dan aku disuruh menampilkan sedikit ke ahlian danceku di depan semua teman-teman, dan otomatis di depan Daffa juga. Kata ka Alex dari semua murid di kelasnya, yang sudah sangat baik skill dancenya itu aku dan Daffa. Saat aku sudah menampilkan sedikit ke ahlianku, ka Alex menyuruh aku untuk melawan Daffa, battel dance gitu ceritanya.
Aku gugup.
Aku mencoba menenangkan diriku dan berhasil.
Semua teman-teman dan ka Alex memberikan tepukan tangan untuk kami berdua. Sejak saat itu aku dan Daffa dekat. Bukan hanya di tempat latihan dance, tapi juga di sekolah. Teman-temanku heran ketika melihat aku dan Daffa semakin akrab saja.
Ketika ada acara di sekolah dan ada lomba antar kelas, Daffa menampilkan ke ahlian dancenya untuk mewakili kelasnya. Begitupun dengan kelasku, seluruh teman-teman kelas menyuruhku untuk menampilkan bakat danceku saja. Mau tak mau aku menyetujui.
Pernah di satu kesempatan acara sekolah, seluruh teman-teman meminta aku dan Daffa untuk kolaborasi dance. Reflek aku shock, karena aku dan dia tidak menyiapkan gerakkan apapun.
Semakin lama teriakkan teman-teman satu sekolah yang meneriakkanku dan Daffa semakin kencang saja. Aku melihat Daffa di dorong teman-teman kelasnya untuk maju, begitupun denganku.
Sempat berdiskusi sedikit antara aku dan Daffa untuk menentukan lagu apa yang akan menjadi background dance kami. Karena kami melakukannya secara spontanitas, kami membuat gerakan dari salah satu lagu Korea. Kami berhasil dan di akhiri dengan gerakan Daffa sedikit memelukku.
Dia membisikkan, “Saranghae, Claudia.”
Aku mematung untuk beberapa saat. Setelah dia mengatakan itu, dia melihat ke arahku dengan senyuman manisnya. Kami memberikan hormat kepada semua orang yang ada di tempat tersebut. Shock. Hanya itu yang aku rasakan.
Sejak kejadian tersebut, aku jadi memikirkan perkataan Daffa. Apakah dia serius? Entahlah. Daffa juga seperti menggantungkan ku. Dia tidak pernah membicarakan tentang apa yang telah dia ucapkan saat perfom waktu itu. Akupun tidak ambil pusing. Tapi aku penasaran di buatnya.
Sekarang aku sedang berada di kantin tempat latihan dance. Tiba-tiba ada yang menepuk bahu, reflek aku melihat ke arah orang yang menepukku tadi. “Nih, Clau, ada surat buat lu” kata Marsa, salah satu temanku disini.
”Dari?” tanyaku sambil membolak-balikkan surat itu, karena dari apa yang ku  lihat tidak ada nama pengirimnya.
“Dari itu cowok yang lagi duduk sama ka Alex. Udah ya, gue pergi dulu” pamit Marsa.
“Oke. Makasih, Sa.”
Setelah menggucapkan itu, ku arahkan pandanganku ke meja dimana ada ka Alex dan teman-teman. Disana ada Daffa juga. Bodo amatlah ya. Ku buka surat yang diberikan Marsa tadi.
“Hi, Claudia.
Kau tau siapa aku? Pasti kau tidak tau kan? Haha...”
Aku tersenyum melihat kalimat awal dari surat itu.
“Oke perkenalkan, aku adalah seseorang yang belakangan ini merasakan getaran-getaran aneh dalam dadaku. Aku pikir getaran itu berasal dari rasa capekku selepas latihan, ternyata bukan. Ketika aku bersamamu, aku merasakkan getaran itu juga. Jadi aku ingin mengatakan sesuatu untukmu...”
Aku berhenti sejenak untuk membaca surat itu. Aku mulai berfikir, siapakah dia?
“Aku menyukaimu, Claudia. Apa yang aku ucapkan waktu itu, aku tidak berbohong. Kau pasti bertanya mengapa aku mencintaimu. Tapi berhentilah untuk memikirkan hal itu, karena kau cukup percaya dan tidak usah khawatir padaku. Karena saat ini aku sudah yakin 100% bahwa aku mencintaimu. Jadi....”
Aku tidak menemukkan kelanjutan dari surat itu. Namun, tiba-tiba saja saat aku mengangkat kepalaku dari hadapan kertas yang ku pegang, aku melihat sebuah topi. Dan terdengar suara seseorang yang aku kenal mengatakan, “Jadi, maukah kau menjadi pacarku?”
Tanpa pikir panjang aku menoleh ke belakan. Aku melihat Daffa berdiri di depanku sambil memegang topi yang ada di hadapanku tadi, aku bangkit dari tempat dudukku.
“Daffa?”
Hanya itu yang aku mampu aku ucapkan karena saking shocknya mungkin.
“Jadi gimana jawabnya dari pertanyaanku tadi?” tanyanya. Jujur aku maih shock.
“Ini... Surat ini dari kamu?” tanyaku sambil menunjukkan surat yang ku pegang pada Daffa.
“Yes, the latter from me. Claudia, how the answer of my question?” tanyanya lagi.
“Yes, I want to. I want to be your girlfriend, Daffa” jawabku.
Inilah pertanyaan yang ku tunggu dari dia. Karena selama ini, rasa sukaku pada Daffa tidak pernah hilang, bahkan semakin amat dalam aku menyukainya, ah tidak, mencintai lebih tepatnya. Ku lihat dia membalas jawabanku tadi dengan senyuman dan memasangkan topi yang di pegang tadi ke kepalaku.
“Thank you, Clau.”
Dia membisikkan kalimat itu di telingaku sambil memelukku. Akupun membalas pelukkannya. Ku dengar suara tepuk tangan dari balik punggung Daffa. Ah disana ada kakakku, ka Alex, dan beberapa kakak pelatih danceku juga.
“Daf, jangan lupa pajak jadiannya ya, haha.”
Ku dengar kak Alex berteriak meminta pajak jadian. Daffa hanya membalas dengan acungan jempol dan ikut tertawa.
“Gue malu, Daffa.”
Ku yakin sekarang wajahku merah seperti tomat karena malu. Daffa menoleh ke arahku, “Kenapa malu? Kamu kan pacar aku sekarang, haha.”
Dia kembali tertawa dan memelukku lagi. Akupun ikut tertawa bersamanya dan semua orang yang berada di kantin.
Sepertinya aku harus mengucapkan terima kasih kepada Dinda, Dara dan Leona. Karena berkat mereka yang mengajakku ke perpus, aku bisa bertemu si “Black mask” alias Daffa ketika akan kembali ke kelas, haha.
Dear Black mask yang sekarang ku ketahui namamu adalah Daffa,
Saranghae...
*****
FB/Path       : Eqi Triana Putri
Twitter       : @eqii_putrii
IG               : eqi_putri94
Ask.fm         :
www.ask.fm/dheqii31

Libra ^_^

Selasa, 18 Oktober 2016

New Project...

          Aku bukan siapa-siapanya. Aku bukan malaikat bersayap putihnya. Aku juga bukan seseorang yang penting baginya, mungkin. Aku hanya sepenggal manusia yang tiba-tiba saja menyukai seorang laki-laki yang merupakan seorang idol besar di Korea dan ditakdirkan untuk satu kelas dengannya. Park Jimin. Ya, laki-laki itulah idolaku. Dia salah satu member dari Bangtan Boys (BTS). Tak banyak yang aku ketahui tentang BTS ataupun Jimin, karena aku bisa dibilang baru saja memasuki dunia “ARMY” pada satu minggu yang lalu atau bahkan satu bulan yang lalu, entahlah.
          Sekarang aku duduk di kelas 3 SMA di salah satu sekolah ternama di Korea tentunya dan juga perlu kalian ketahui, aku sudah satu kelas dengan Jimin sejak kelas 3 SMP. Dia, Park Jimin, sangat menyebalkan dan juga biang rusuh di kelas. Aku pernah berharap bahwa dia tidak akan masuk selama satu bulan, biar kelas tidak berisik. Tapi pernah sekali waktu dia tidak masuk beberapa hari, aku merasa kehilangan dirinya.
Aku sudah menyukai Jimin sejak pertemuan pertama kami di kelas 3 SMP, tetapi rasa sukaku tidak terlalu besar seperti sekarang kepada dirinya. Jika kalian tanya, “apakah Jimin tau bahwa kau menyukainya?”, jawabannya adalah “ya dia tau, bahwa aku menyukai seorang laki-laki bernama Park Jimin.” Mengapa dia tau? Karena sewaktu kelas 1 SMA, aku pernah tidak sengaja bilang kepada Jimin dan kalian tau respon dia seperti apa? Dia sangat marah besar dan dia sempat mengata-ngatai diriku dengan kalimat yang amat sangat menyakitkan bagi diriku sendiri. Sejak saat itulah aku menjauh darinya, bahkan aku pergi dari kehidupan Park Jimin dan mencoba untuk melupakannya. Aku berhasil.
Tetapi semua itu berubah pada tahun 2015...
*****
Next project dari gue, Eqi Triana Putri...
Tapi gak tau kapan bakalan dipost nya. Yang pasti sih sehabisnya “Oppa...” atau “The King of Dance” ^^ Karena salah satu dari cerita itu enggak lama lagi bakalan ending, tapi gue masih galau bakalan nge-ending’in “Oppa...” dulu atau “The King of Dance”, hehe.
Coming soon...
Twitter: @eqii_putrii
Blog:
www.eqiputri.blogspot.com
FB/Path: Eqi Triana Putri
IG: eqi_putri94

Libra ^^

Mampus... [Oppa part 6]

Kim’s house, Shanghai, China
Hari berganti hari, menit berganti menit, detik berganti detik ...
Perempuan cantik ini
pun masih berada di China untuk melakukan pengobatan. 1 tahun. Ya memang sudah 1 tahun lamanya Kim meninggalkan negara kelahirannya, Indonesia dan juga negara Korea. Dan alhamdulilah selang 1 tahun dirawat, kondisinya sudah membaik, walaupun belum boleh beraktivitas yang terlalu banyak dan memberatkan baginya. Selama 1 tahun juga, Ia masih sering dikunjungi oleh Mark dan Youngjae, jika memang kedua laki-laki itu sedang berada di China dan sedang tidak sibuk.
Lagu “FLY”, lagu baru dari GOT7 terdengar dari kamar gadis cantik ini. Sekarang Ia tidak lagi harus dirawat di rumah sakit. Cukup 1 minggu 3 kali Ia check up ke Shanghai Hospital City bersama sang Bunda atau sang Kakak jika sedang berada di China. Walaupun sudah 1 tahun Ia tidak bertemu dengan GOT7, bukan berarti Ia tidak update tentang ketujuh laki-laki tersebut. Ia tetap mensupport mereka. Malah Kim mendapatkan sebuah album terbaru dari GOT7 lengkap dengan tanda tangan dan juga harapan para member untuk Kim. GOT7 sendirilah yang menitipkan album tersebut kepada Bima, sang kakak, untuk diberikan kepadanya. Dan tepat baru dua hari yang lalu album tersebut sampai ditangannya.
“Oh ya ampun, pacar-pacar gue pada makin cakep aja sih. Makin cinta gue sama kalian. Lope you bang, haha” ucap Kim saat sedang melihat MV “FLY” yang sudah Ia download.
“Ampun dah, Mark ngerap kek gitu pasti Ahgase pada makin klepek-klepek. Yugyeom, ciiee yang kebagian ngerap bareng rap making. JB juga, ih kagak usah sok capek deh bang, emang lu udah capek juga dari sananya, haha. Untung pacar gue yang asli masih aman-aman aja” lanjutnya
“Eh tapi, emang gue sama dia udah pacarnya?” gumam Kim
“AH, GUE KANGEN SAMA KALIAN. GOT7, SARANGHAE ...” teriak Kim dari dalam kamarnya. Memang rasa kangen yang Ia rasakan terhadap GOT7 sangat besar. Ia ingin berkomunikasi dengan mereka, tapi apadaya sang dokter melarangnya, karena itu bisa memberikan efek yang fatal dikepalanya. Oh ya, ternyata perempuan cantik ini sudah bisa berjalan kembali sejak 5 bulan yang lalu. Tak sia-sia Ia hampir setiap hari berlatih berjalan di rumah sakit tersebut.
“Kak, berisik banget sih. Gak usah teriak-teriak kali” omel sang kakak yang sedang berada di China untuk menghabiskan waktu libur kuliahnya, walaupun tidak lama, hanya 4 hari.
“Sorry bang, hehe. Gue kangen soalnya sama mereka” jawab Kim sambil menujuk poster GOT7 yang jumlahnya lumayan dikamar tersebut. Ada poster GOT7 dari yang jaman-jaman album “Got It!” sampai jaman-jaman album “FLIGHT LOG: DEPARTURE” kemarin.
“Makannya lu jangan bandel dulu. Kalo lu gak bandel, kayanya 2 bulan lagi lu boleh balik sama dokter. Lagian penyakit dikepala lu udah ilang 100%. Sekarang turun gih, sayang tuh ada dua cowok sama satu cewek nganggur dibawah”
“Sapa bang?” tanya Kim
“Liat sendiri gih. Oh ya, abang mau keluar sebentar, kamu mau nitip apa?”
“Beliin sushi bang. Eh jangan deh, ramen aja ya? Tapi jangan yang pedes”
“Oke”
“Makasih bang. Makin cinta gue sama lu”
“Kedengeran BamBam, cemburu loh dia”
“Orangnya lagi di Korea bukan disini, wlee. Udah sana pergi, katanya mau keluar”
“Gue kagak keluar juga, gara-gara lu tahan, adik manis. Udah ah, gue pergi”
Setelah sang kakak yang bernama Bima, Bima Syahputra Hardiwijaya lengkapnya, pergi dari kamar sang adik, perempuan inipun dengan terpaksa harus menutup laptopnya dan menunda aktivitasnya bermain sosial media, walaupun tidak sering. Seletah laptopnya mati, Ia turun kebawah, ke gazebo yang terletak dibelakang rumahnya. Dari kejauhan perempuan ini melihat disana ada dua orang laki-laki yang sangat Ia kenal dan tentunya seorang perempuan disana juga Ia mengenalnya dengan baik.
“Mark, Youngjae, Xhi Fan ...” jerit Kim ketika jaraknya dan ketiga orang tersebut sudah lumayan dekat. Yang dipanggilpun menghentikan aktivitas mengobrol mereka dan menoleh ke arah sumber suara.
Memang Mark, Youngjae, Xhi Fan lah yang sekarang berada dihadapan Kim. Mereka bertiga terbang langsung dari Korea dan baru tiba di China sekitar pukul 11 siang tadi. Xhi Fan memang sering kali menggujungi Kim di China, bahkan selama Kim berada di China, Xhi Fan lebih banyak menghabiskan waktu liburnya bersama Kim dari pada bersama keluarganya yang berada di Jepang, yang sering kali menggujungi Xhi Fan di Korea sana. Untungnya orang tua dari Xhi Fan sendiri memaklumi itu, karena mereka tau betapa kuatnya persabatan sang anak dengan Kim. Dan tentunya Xhi Fan harus rela bolak-balik Korea-China hanya untuk bertemu dengan Kim.
“Hai” jawab mereka bertiga.
“Sini, sini, sini adik manisnya oppa. Aku kangen sekali dengan kau, Kim” ujar Mark dan langsung memeluk sekaligus mengecup kening Kim, ketika perempuan tersebut sudah berada didepannya. Yakin lah, pasti para fans Mark yang melihat adegan tadi ingin sekali berada diposisi Kim.
“Aku juga kangen kau, Youngjae, dan semua member, oppa. Dan tentunya, kau juga eonnie” jawab Kim setelah Ia melepaskan diri dari pelukan hangat Mark dan beralih menatap mereka betiga secara bergantian.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Youngjae.
“Baik. Menurut dokter Zhang, jika aku tidak bandel, 2 bulan lagi aku diperbolehkan pulang. Tapi aku tidak tau, Ayah dan Bunda akan mengizinkanku untuk ke Korea atau pulang ke Indonesia dulu”
“Oh ya, kalian kenapa bisa ke sini? Bukannya GOT7 baru saja comeback ya?” lanjut Kim.
“Kalau aku, sedang ada libur kuliah, Kim” jawab Xhi Fan.
“Lalu kalian?” tanya Kim kepada Mark dan Youngjae.
“Aku sedang ada pemotretan disini. Sedangkan hyeong, dia ingin bertemu dengan kau, makannya dia beralasan ingin menemaniku selama pemotretan di China” jelas Youngjae. Sedangkan Mark, yang namanya disebutkan Youngjae, hanya memberi balasan dengan senyuman saja.
“Semuanya, aku pergi dulu ya? Soalnya ada urusan mendadak. Permisi” pamit Xhi Fan dan langsung pergi dari tempat tersebut. Tak lama kemudian Bima datang dengan membawa sebungkus plastik berisikan ramen pesanan sang adik dan tentu saja Ia juga membelikan kedua orang tersebut ramen.
“Masih ngambek bang? Tuh orangnya baru aja pergi”
“Masih kayanya. Nih pesanan kamu. Itu juga ada buat kalian berdua. Abang pergi dulu ya? Kamu jaga rumah, bentar lagi palingan Bunda pulang”
“Ngejar Xhi Fan eonnie, bang?” ucapan Kim barusan langsung menghentikan langkah kaki Bima.
“Gak tau liat nanti deh” Bimapun langsung menghilang dari balik pintu yang membatasi halaman belakang rumah dan ruang keluarga yang berada ditengah-tengah rumah tersebut.
“Memangnya kakakmu dan Xhi Fan noona ada hubungan apa, Kim?” tanya Youngjae yang sedari tadi asyik memakan ramen sekaligus asyik menyaksikan kakak-beradik tersebut berkomunikasi. Mark? Sedangkan Mark, Ia tengah asyik bermain ponselnya. Entah sedang memainkan apa.
“Kakakku dengan eonnie kan sudah berpacaran sejak satu tahun lalu, oppa” jelas Kim dengan singkat dan Ia melanjutkan memakan ramen miliknya yang tertunda karena pertanyaan Youngjae tadi.
Bima dan Xhi Fan memang sudah berpacaran sejak satu tahun lalu. Mungkin karena seringnya mereka bertemu di tempat kuliah dan juga Xhi Fan adalah sahabat yang paling dekat dengan Kim, makannya rasa itupun mulai tumbuh diantara mereka berdua. Tetapi karena suatu hal, entah itu karena apa, Xhi Fan sedang kesal dengan Bima. Bima yang pada dasarnya sudah mengetahui kesalahan yang Ia miliki apa dan ingin meminta maaf kepada sang kekasih hanya bisa pasrah karena sang kekasih yang memiliki sifat sedikit cemburu tidak percaya atas apa yang sudah dijelaskan oleh Bima. Kim yang melihat adanya masalah antara kedua kakaknya tersebut hanya bisa membantu dengan doa saja, karena Ia tidak ingin mencampuri urusan mereka berdua.
“Oh my god. Pulang dari sini sepertinya kita akan dihabisi oleh Jaebum-ssi” ujar Mark tiba-tiba.
“Kenapa memangnya?” tanya Youngjae dan Kim secara bersamaan.
“Jaebum dan member lainnya sepertinya sudah tau, kalau kau ada disini” jawab Mark sambil Ia menunjukkan bukti pesan yang dikirim sang leader untuk Mark, yang berisi ...
10.00 am, Japan time from Jaebum leader
Yak !! Mark ... Kenapa kau tidak memberitahukan bahwa kau dan juga Youngjae bertemu dengan Kim di China?
10.10 am, Japan time from Jaebum leader
Kenapa kau tidak membalas pesanku.
10.15 am, Japan time from Jaebum leader
Semua member sudah mengetahui kau dan Youngjae bertemu dengan Kim.
“Bagaimana ini?” tanya Mark.
“Telfon leader oppa. Biar aku yang bicara” suruh Kim. Mark pun tanpa banyak tanya langsung menghubungi Jaebum.
Yeoboseyo
“Yeoboseyo, oppa
“Kim?”
“Nae1. Oppa apa kabar?”
“Baik. Bagus ya kau bertemu dengan Mark dan juga Youngjae di China. Kenapa kau hanya bertemu mereka berdua?”
“Mianhe, oppa. Kau sendiri tidak menghubungiku”
“Bagaimana aku mau menghubungimu, cantik. Nomormu saja, sudah aku coba telfon dan mengirimkan pesan berpuluh-puluh kali tidak  ada balasan. Aku coba menghubungin Bima juga tidak ada balasan dan setiap aku tanya kepada Xhi Fan, bagaiaman kondisi kau di Indonesia, dia selalu bilang kau baik-baik saja. Tapi ternyata kau sedang berada di China”
“Gee ... Telfon balik aku, jika kau tidak sibuk disana. Ke nomorku, jangan ke nomor member yang lain. Kau masih menyimpan nomorku kan?” tanya seseorang disebrang sana dengan aksen yang sedikit lebih dingin, bukan suara JB tentunya.
“Bee?”
“Baiklah”
*****
JYP Center, Seoul, Korea
Jam dingding yang terpasang didalam tempat tersebut masih menunjukkan pukul 8 pagi waktu setempat dan seharusnya pada pukul tersebut masih agak sepi karena jam masuk para staff pada pukul 9 pagi waktu setempat, tetapi entah karena apa sebelum pukul 8 pagi pun suasana kantor tersebut cukup ramai dan bisa dibilang semua staff sudah sibuk dibagiannya masing-masing.
Disalah satu ruang latihan tampak salah satu group yang sedang berlatih. Tetapi ada yang kurang rupanya. Ah ya, seharusnyakan jumlah membernya ada tujuh orang, kenapa itu hanya 4 orang? Walaupun mereka latihan tidak dengan formasi lengkap, itu tidak menyebabkan keindahan, kerapihan, power tarian yang mereka bawakan melemah.
[Fly Song off]
“Cukup sekian latihannya. Oh ya, nanti beritahukan Junior, dibeberapa hari kedepan ketika kalian perfom, Ia mengambil partnya Youngjae dan BamBam, kau mengambil partnya Mark, oke? Ada pertanyaan?”
“Memangnya Youngjae-ya kenapa absen? Mark hyeong juga kenapa?” tanya Jackson yang sedang berdiri didepan alat pendingin ruangan, mengeringkan keringatnya mungkin.
“Jackson hyeong, kenapa kau disitu? Kita semua kepanasan tau” protes Yugyeom.
“Jackson pindah. Sekarang. Jangan disitu”
“Youngjae dan Mark sedang berada di China, mereka baru berangkat beberapa jam yang lalu. Youngjae ada pekerjaan disana. Sedangkan Mark, Ia sedang bertemu orangtua nya yang kebetulan berada di China” jelas sang koreografer setelah Jackson berpindah tempat duduk disamping BamBam dan memeluk maknae line tersebut, layaknya pelukan seorang kakak kepada adiknya. BamBam pun yang mendapatkan pelukkan seperti itu hanya bisa pasrah dan orang-orang yang berada didalam ruangan tersebutpun menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Jackson tersebut.
Ketika para member sedang mendengarkan arahan tentang formasi baru mereka yang hanya tampil berlima tanpa Mark dan juga Youngjae, tiba-tiba saja sang leader group pamit untuk ke kamar mandi sebentar.
“Omo... Jadi dia berada di China sekarang? Aishh, kenapa tidak memberitahukan aku coba? Awas saja dia jika bertemu nanti”
“Oh my god, Mark dan Youngjae juga bertemu dengan dia rupanya. Dan tidak memberitahukan ku atau mengajak kita kesana?” sang leader berbicara kepada foto yang ada dihandphone sambil bersender diwastafel.
“Siapa hyung yang bertemu dengan Mark dan Youngjae?” tanya seseorang yang tiba-tiba masuk kedalam kamar mandi.
“Omo... BamBam. Kau mengagetkan ku saja”
“Ini, mereka bertemu dengan dia di China. Dan mereka berdua tidak ada yang memberitahu kita semua” ujar JB sambil mengarahkan handphonenya kepada BamBam
“Gee....” gumam BamBam
“Pabbo2, kenapa aku ngasih tau BamBam ya? Gawat nih. Bisa-bisa nih anak ngamuk lagi. JB, pabbo...” hati kecil JB berbicara
“Hyung, bisa kau telfon.....”
We’re feeling good tonight
Neomaneul wihan bam
(This night’s just for you)
We got the night
Idaero ireoke duri
(Just like this, just the way we are)3
“Angkat hyung...”
Yeoboseyo
“Yeoboseyo, oppa
“Kim?”
“Nae. Oppa apa kabar?”
“Baik. Bagus ya kau bertemu dengan Mark dan juga Youngjae di China. Kenapa kau hanya bertemu mereka berdua?”
“Mianhe, oppa. Kau sendiri tidak menghubungiku”
“Bagaimana aku mau menghubungimu, cantik. Nomormu saja, sudah aku coba telfon dan mengirimkan pesan berpuluh-puluh kali tidak  ada balasan. Aku coba menghubungin Bima juga tidak ada balasan dan setiap aku tanya kepada Xhi Fan, bagaiaman kondisi kau di Indonesia, dia selalu bilang kau baik-baik saja. Tapi ternyata kau sedang berada di China”
“Gee ... Telfon balik aku, jika kau tidak sibuk disana. Ke nomorku, jangan ke nomor member yang lain. Kau masih menyimpan nomorku kan?” tanya BamBam dengan aksen yang lebih dingin.
“Bee?”
“Baiklah”
          Setelah Kim mengucapkan “baiklah”, BamBam langsung meninggalkan JB sendiri dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan satu katapun. JB yang melihat ada yang tidak beres langsung berlari mengejar BamBam, tapi sayang JB kalah cepat oleh BamBam yang sudah pergi entah kemana.
          JB langsung menuju ruang latihan dengan wajah tak karuan. Karena ekspresinya itulah para member terheran-heran, tak terkecuali sang pelatih. Tak beberapa lama, BamBam kembali. Namun, bukannya kembali bergabung dengan yang lainnya, Ia malah mengambil jaket dan langsung pergi keluar tampak mengucapkan sepatah katapun.
“Yak, BamBam” seru sang pelatih
“Biarkan saja hyung. Biar nanti aku yang berbicara dengan dia” bela JB sambil memberi tanda pada mereka semua bahwa ada sesuatu yang harus BamBam selesaikan terlebih dahulu.
*****
Translate :
1.     Iya
2.     Bodoh
3.     Penggalan lagu GOT7 – Good Tonight (Jinyoung part)
*****
Part ini sampai segini dulu aja ya? Otak gue lagi buntu banget asli-_- Samesek (sama sekali) gak dapet ide. Sekalinya gue dapet ide buat ngelanjutin ini cerita, pasti guenya lagi banyak tugas :’( Kadang juga gue lagi unmood buat nulis :v #curhatcolongan
Btw, makasih ya sama kalian yang tetep baca cerita gue ini. Yang walaupun sampai sekarang gue gak tau kalian suka atau gak, baca atau cuma asal buka blog gue aja, tapi seenggaknya kalian udah mengunjungi blog gue aja, guenya udah happy kok^^ Soalnya berarti gue bikin blog gak sia-sia, gak hanya buat keperluan tugas sekolah pas SMP aja, wkwk. Maaf ya kalo gue ngaret ngepostnya. Next, insya allah bakalan post 4 part (2 next chapter of Oppa, 2 next chapter of The King of Dance) ^_^
Twitter: @eqii_putrii
Blog:
www.eqiputri.blogspot.com
FB/Path: Eqi Triana Putri
IG: eqi
_putri94

Libra ^^